daftar

Kisah Bledugan di desa Karangjunti

Posted by Aji Bintara on Kamis, 25 Desember 2014

Cerita ini sudah mulai pudar dan tak pernah lagi di bicarakan dimasyarakat desa karangjunti, tapi sebenarnya ada baiknya kalau ini dicatat kembali agar bisa didengar oleh anak cucu dari keluarga Karangjunti, dimanapun mereka berada.

Kejadian ini terjadi sekitar tahun 1947 atau 1948. Kisah nyata ini di namakan dengan istilah Bledugan. Asal muasal terjadinya peristiwa bledugan itu sendiri ada dua versi dari cerita yang beredar di desa karangjunti.

Versi pertama mengatakan asal-muasalnya hanya karena salah jawab dari salah seorang warga Karangjunti yang ketika ditanya belanda "apa pekerjaan orang karangjunti..?" penduduk itu katanya menjawab 'BERTEMPUR' bertempur disini maksudnya istilah untuk orang yang pekerjaannya jual beli padi dan beras atau orang karangjunti asli mengatakan "tempuran", tetapi pihak belanda mengartikannya lain yaitu sebagai masyarakat yang suka bertempur atau berperang. Sehingga keesokan harinya oleh pihak belanda desa karangjunti di gempur habis-habisan di tembaki meriam dan kanon, juga dikirim bala tentara belanda menyerang desa karangjunti dan membumi hanguskannya segala isinya.

Sedangkan versi yang lain mengatakan, dan ini dari sumber yang bisa dipercaya beliau adalah Bp. Samsuri atau Bp. RT Dinah. pernah mengatakan bahwa asal-muasal di gempurnya desa karangjunti oleh tentara belanda itu karena memang mencari extimis yang menurut Belanda sangat meresahkan kedudukan belanda di wilayah Ciledug Jawa Barat.
Masih menurut penuturan Bp. Dinah yang di maksudkan extimis oleh fihak belanda tersebut tak lain adalah pemuda pejuang asal desa Karangjunti dan sekitarnya. Desa Karangjunti menjadi salah satu basis tempat perlawanan dari beberapa laskar perjuangan seperti Hizbullah, Sabilillah, Pemuda Marhaendan dan juga Tentara Keamanan Rakyat (TKR).

Sejak dulu pemuda Karangjunti dikenal sebagai pemuda pejuang yang pemberani. Tapi karena persenjataan dan personil yang tak seimbang maka terpaksa para pejuang menghindari pertempuran langsung. Sebenarnya berita penyergapan oleh pihak belanda sudah diketahui oleh para pejuang desa Karangjunti, tapi sayangnya tidak menyangka sama sekali jika akan terjadi pembantaian warga sipil tak berdosa. Sehingga para pejuang hanya sempet menyelamatkan diri keluar dari desa Karangjunti tepatnya mundur ke sebelah utara rel kereta api bagian timur makam desa Karangjunti.

Kejadian selanjutnya adalah seperti yang diceritakan orang-orang tua katanya desa karangjunti di habisi, rumah-rumah dibakari, di bombardir menggunakan senjata berat (Kanon) pada waktu itu dikabarkan tempat asal tembakan kanon berada di desa  Kecipir.

Suaranya pating Bledug, disana sini banyak bunyi dentuman meriam dan rentetan suara tembakan dari tentara Belanda. Kejadian itu di kenang dengan istilah BLEDUGAN. Sebuah kejadian yang tak mungkin terlupakan oleh saksi sejarah saat itu.

Untuk melampiaskan kemarahan akibat para pejuang yang dicari tidak ada di Desa karangjunti maka Semua orang dewasa laki-2 di kumpulkan dilapangan, dijejerkan kemudian ditembaki hingga mati semua. Setelah semuanya roboh bergelimpangan darah, yang masih hidup atau bernafas di tusuk menggunakan bayonet.

Masih ada saksi mata yang masih hidup atas kejadian tersebut. Adalah mang Rukim (masih termasuk kerabat admin) yang termasuk orang yang dikumpulkan dilapangan untuk di eksekusi mati, tapi sebelum peluru menyerang dia sempat menjatuhkan diri dan bercampur dengan orang lain yang mati di tembaki tentara belanda. Jelas saja dia dan yang lainnya mandi darah atas pembantaian itu. Tidak sampai disitu, karena di tenggarai masih hidup mang Rukim di tusuk lagi pakai bayonet (yaitu pisau yang ada pada senapan laras panjang). Sehingga ususnya sempet keluar dari perutnya. Kalau mau diperhatikan sampai sekarang juga masih ada bekas luka tusukan bayonet di perut mang Rukim.

Juga ada yang bernama bapa Karna, disebut dengan nama panggilan Karna Bodong, yang sebenarnya bukan bodong melainkan bekas luka tusukan bayonet di perutnya tapi tetap berusaha pura-pura sudah gugur bertahan sampai belanda semua pergi.  Ini adalah kejadian yang asli terjadi atas kekejaman penjajah Belanda di desa Karangjunti.

Kalau diperhatikan beberapa belas tahun yang lalu, masih ada kuburan-kuburan masal akibat kekejaman tentara belanda tersebut di beberapa titik desa karangjunti, tapi seiring berjalannya waktu banyak dari kuburan-kuburan itu hilang diganti dengan rumah penduduk. Kita simpan sejarah kelam desa karangjunti untuk dijadikan renungan dalam mengembangkan kekeuatan potensi desa karangjunti yang ada. Sehingga kehancuran masa lalu bisa dijadikan sebagai penyemangat untuk kejayaan karangjunti dan kemakmuran warganya dimasa sekarang dan yang akan datang. Aamiin.

Mungkin kita harus rela menyisihkan banyak waktu, tenaga dan biaya untuk mewujudkan Karangjunti sebagai desa yang benar-benar terlepas dari berbagai penindasan penjajah. Cuma sekarang ada perbedaan sistem penjajahan, kalau dulu langsung keliatan yang menjajah itu Belanda atau Jepang, sekarang tak kelihatan secara kasat mata. yang jelas kita sangat dirugikan oleh penjajahan. Sudah saatnya warga karangjunti menjadi warga yang merdeka dan mempunyai kekuatan sendiri dalam mengatur kehidupannya sendiri. Target yang paling kelihatan tapi juga tak mudah pelaksanaannya adalah melawan kebodohan dan kemiskinan. Mari kita tetap berjuang..!!

Previous
« Prev Post

Related Posts

15.04

0 komentar:

Posting Komentar